Peninggalan Mataram Islam di era Sultan Agung



1.    Masjid Gedhe Mataram dibangun oleh Sultan Agung pada tahun 1640 merupakan masjid tertua di Yogyakarta yang terletak di kotagede. Bangunan masjid ini merupakan akulturasi Hindu dan Islam. Akulturasi ini dapat dilihat dari adanya gapura paduraksa yang menjadi pintu masuk ke masjid.

Memasuki parkiran masjid, ada pohon beringin kembar. Konon pohon beringin ini ditanam oleh Sunan Kalijaga. Halaman masjidpun cukup luas dan di teras terdapat kolam ikan. Terdapat juga sebuah tugu sebagai symbol akulturasi kerajaan mataram dan kesultanan Surakarta.

Keistemawaan lain yg dimiliki masjid ini adalah adanya mimbar ukir pemberian dari sultan Palembang kepada sultan Agung dan bedug tua kyai dondong pemberian dari nyai pringgit yang sampai sekarang masih digunakan sebagai tanda masuk solat.

2.    Makam Raja Kotagede ini tempat dimakamkannya raja pertama, Panembahan senopati dan raja kedua, prabu adi hanyakrawati. Ki ageng pamanahan dan sultan hadiwijaya pun turut dimakamkan disini. Makam  ini dibangun pada abad ke 16 dan terletak disebelah kiri dari masjid gedhe mataram. Sama seperti masjid gedhe, pintu masuk ke areal makam ini juga berupa gapura paduraksa.

Makam raja ini dibuka untuk umum pada Hari Minggu, Senin, Kamis, dan Jumat waktu pada pukul 08.00 – 16.00. Para peziarah diharuskan mematuhi aturan2 yang berlaku. Wanita mengenakan kain jarik, kemben, dan melepas jilbab. Laki-laki mengenakan pakaian abdi dalem berupa kain jarik dan blangkon. Perlengkapan bisa disewa di kantor sekretariatan. Dilarang memotret di dalam makam. Alas kaki dilepas saat masuk ke makam.

Disamping komplek makam terdapat sendang atau tempat pemandian. Sendang ini dibangun oleh panembahan senopati. Didalam sendang banyak terdapat ikan lele yg merupakan ikan kesukan panembahan senopati.

Sendang ini terbagi 2, sendang putri untuk perpempuan dan sendang kakung untuk laki-laki. Di setiap sendang terdapat sumur, mata air untuk sumur di sendang kakung diperoleh dari sumber di dalam kompleks makam. Sementara, air untuk sumur dari sendang putri, diperoleh dari sumber pohon beringin di depan gerbang utama. Banyak peziarah yang membawa pulang air dari sumur di sendang kakung karena dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit.


3.    Makam Raja Imogiri
Merupakan komplek pemakaman raja yang terletak di imogiri, dibangun tahun 1632 oleh Sultan Agung. Pemakaman ini terletak di atas perbukitan. Di pemakaman ini dimakam kan Sultan Agung beserta keluarga raja.

Sama seperti makam raja kotagede, makam imogiri ini dibuka untuk umum. Para peziarah diharuskan mematuhi aturan2 yang berlaku. Wanita mengenakan kain jarik, kemben, dan melepas jilbab. Laki-laki mengenakan pakaian abdi dalem berupa kain jarik dan blangkon. Perlengkapan bisa disewa di kantor sekretariatan. Dilarang memotret di dalam makam dan alas kaki dilepas saat masuk ke makam.

Karena letaknya diatas perbukitan, terdapat banyak anak tangga yg berjumlah 454. Mengenai jumlah anak tangga tersebut terdapat beberapa pendapat berbeda. Konon hal tersebut pengaruh dari unsur mistis makam itu sendiri. Menurut mitos yang dipercayai oleh sebagian masyarakat, jika pengunjung berhasil menghitung jumlah anak tangga dengan benar, maka semua keinginannya akan terkabul.

Menjelang puncak menuju makam terdapat undakan anak tangga tidak rata yang berwarna hitam. Sosok yang dimakamkan pada anak tangga tersebut adalah Pangeran Trunojoyo atau yang lebih dikenal dengan nama Pangeran Sambernyawa. Beliau melakukan perlawanan terhadap mataram yang waktu itu telah bersekutu dengan VOC. Perlawanan yang beliau lakukan karena tidak tahan melihat penguasa mataram yang lalim dan rakyat yang ditindas oleh VOC. Beliau tertangkap dan dihukum mati dan kepala beliau dimakamkan pada anak tangga tersebut.

Di Pemakaman Imogiri ini juga terdapat peninggalan Sultan Agung yang bertuah. Peninggalan-peninggalan tersebut yaitu, Air Suci dari Empat Tempayan, Cincin Kayu yang terbuat dari tongkat Sultan Agung dan Daun Tujuh Macam.

No comments:

Post a Comment